Rabu, 02 September 2009

Cerita saat Rere lahir


23 Februari 2009
Aku berangkat kerja seperti biasa. Tapi hari ini aku sudah bilang ke Hendra - suamiku, kalau feeling ku minggu ini bayi kami akan lahir. (Sebenarnya sih bukan feeling, tapi kandungan ku memang sudah masuk usia 39 minggu hari ini :D)
Sampai kantor (sekitar jam 09:00 am), seperti biasa aku memulai aktifitas ku dengan melakukan "to do list checking".
Sekitar  Jam 11.00 am, aku merasa ingin buang air kecil. Sampai di kamar mandi... Ternyata dugaan ku hampir benar, di panty ku terlihat bercak darah berwarna coklat. Campur aduk rasanya: degdegan, senang (karena sadar bahwa ini adalah tahap awal proses melahirkan ), khawatir (takut ada masalah dengan keadaan kandunganku), dll. Yang pasti, aku excited banget. Didalam toilet aku berusaha menenangkan diri, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku langsung mengingat-ingat informasi yang aku punya. Informasi dari bidan instruktur senam hamil ku, ketika dalam tahapan "keluar flek" ini, berarti proses melahirkan tidak dalam waktu dekat, ada proses lain yang akan aku lewati yaitu proses "kontraksi" dan "pecah ketuban". At least tidak dalam waktu 6 jam kedepan (sebenarnya sih ini asumsi... hihihihihi... Alhamdulillah asumsiku sudah terbukti benar). Sebelum keluar toilet, aku sempat berbicara ke perut ku "Dedeeeek (panggilan aku dan suamiku ke calon bayi kami)... Dedek mau keluar hari ini ga? Kalau dedek mau keluar hari ini, kasih tanda ke mama lagi yah... Jangan dadakan yah sayang... Kalau bisa dedek keluar nya malam aja yah nak, soalnya biar mama dan papa ga macet ke Rumah Sakit nya... Mama sayang dedek. Sebentar lagi kita ketemu yah sayang... Kamu yang sehat yah...", hampir aku meneteskan airmata ketika melakukan percakapan satu arah ini. Aku sangat bahagia, sadar kami sebentar lagi akan bertemu. Keluar toilet, aku bertemu dengan suamiku yang kebetulan memang satu kantor denganku. Tapi aku belum memberitahukannya, aku takut dia panik dan langsung menyuruhku pulang. (Karena waktu itu masih banyak yang harus aku lakukan, termasuk memasukkan form cuti ke HRD Dept). Orang pertama yang aku beritahu aku flek adalah Indah (istri teman sekantorku). Itu pun sebenarnya aku tidak memberitahukannya langsung, lewat YM aku bertanya ke Indah. Kurang lebih begini percakapanku: 
Fika: "Tante Indah, kalau flek itu warnanya cuma coklat gitu yah?".
Indah: "Iya. Kenapa? Loe flek?"
Fika: "Kalau begitu iya, gw udah flek nih... :D"
Indah: "Heh? Buruan telpon dokter loe. Langsung ke Rumah Sakit"
Indah: "Sekarang yah Fik!!!"
Indah: "Kalau loe ga pulang sekarang, nanti gw bilangin laki gw nyuruh loe pulang sekarang!!!" (Hehehehe... panik betul si Indah.)
Fika: "Iyaaaaaa... Gw beres-beres dulu, abis itu gw langsung pulang"
Indah: "Ya udah sana buruan..."


Setelah percakapan singkat ku dengan Indah via YM tadi, aku langsung ke ruangan suamiku. "Sayang,... kayaknya aku flek deh". Kalimat itu yang keluar dari mulutku...
Suamiku langsung memperlihatkan ekspresi kaget, "Trus???". "Yah terus, kayaknya aku akan masukin form cuti sekarang, dan kita pulang ajah yah..." Suamiku langsung bergerak untuk beres-beres dan berangkat, tapi aku larang "Yah ga usah sekarang banget, aku kan harus beres-beres dulu, abis itu, kita ke mayestik dulu yah... Aku harus ambil bumper untuk box dede, dan transfer uang ke mama untuk biaya Aqiqah". Suamiku agak kaget mendengar penjelasanku. Tapi kemudian dia langsung memperlihatkan sikap "agak tenang" nya. Kenapa "agak tenang", karena aku yakin dia juga merasakan apa yang aku rasakan di Toilet tadi. Hihihihihihihi..."Ya udah terserah kamu". Akhirnya suamiku pasrah saja dengan semua penjelasanku. 


Setelah memasukkan form cuti ke HRD dan membereskan mejaku, aku pamit dengan semua team ku dan teman kantor yang lain. Meminta maaf dan mohon doa restu mereka supaya proses melahirkan ku berjalan lancar.


Sesuai plan ku, aku langsung meluncur ke mayestik untuk mengambil pesanan bemper box baby bumper box baby ku, dan mentransfer sejumlah uang ke mamaku. Tidak hanya itu saja, aku juga membeli majalah untuk bacaan di Rumah Sakit dan beberapa cemilan untuk tamu di Rumah Sakit nanti. Kondisi kandungan ku Alhamdulillah baik-2 saja. Aku belum merasakan sakit atau apapun di perutku. Tidak ada perubahan yang berarti. Hanya jalan ku saja yang aku perlambat dan sedikit hati-hati dengan keadaan sekitar. Dengan kondisi seperti ini, aku merasa suamiku memang suami yang hebat. Tidak sedikitpun dia menunjukkan sikap yang menganggu. Sepanjang jalan dia selalu mengajak aku ngobrol tentang banyak hal yang menyenangkan dan kami bercanda sesekali. Sikap yang sangat suportif. I Love you Sayang...
Sampai di rumah,  ternyata mertuaku sudah tau kondisi ku. Beliau menanyakan kabarku, dan menyuruh ku beristirahat dan makan yang banyak. Tidak lupa beliau juga berpesan untuk banyak-banyak jalan. Siang itu aku sempat meminta PRT ku untuk membelikanku ketoprak untuk makan siangku (Hihihihihi... Really Love that food) dan sempat meminum sari kurma (itu pesan adikku, "supaya lancar" katanya).



Sore hari (sekitar jam 04:00 pm) nya aku melakukan kegiatan "jalan-jalan" disekitar rumah. Untungnya halaman rumah mertuaku ini sangat luas, sehingga aku bisa berjalan mengelilingi halaman depan. Yah lumayan tidak membosankan lah... Setelah kegiata "jalan-jalan" sekitar kurang lebih 1,5 jam aku masih belum merasakan apa-apa. Perut ku pun belum sakit. Aku berniat untuk melakukan kegiatan ini lagi setelah sholat maghrib nanti. Aku sempat meminta suamiku untuk melakukan "booking kamar" di RSIA Yadika Kebayoran Lama.



Setelah Sholat maghrib (sekitar jam 06:30 pm) dan pastinya setelah makan malam dan minum sari kurma lagi, aku memulai kegiatan "jalan-jalanku" lagi. Tetap di lokasi seputar halaman depan. Setelah kegiatan "jalan-jalan" selesai, aku tambah kegiatan "memperlancar kontraksi" ku dengan kegiatan "Jongkok berdiri" seperti yang diajarkan di senam hamilku. Setelah capek, aku mulai bersiap-siap tidur, seperti yang aku baca di buku "Hypnobirthing, Melahirkan Tanpa Rasa Sakit", aku mencoba melakukan relaksasi. Aku juga tidak lupa ngomong ke dedek, "Hai dek... Dedek belum keluar malam ini kaaan??? Mama bobok dulu yah nak, tapi kalau dedek tiba-tiba mau keluar, tendang aja perut mama yang kencang, nanti mama bangun. Mama sayang dedek"




24 Februari 2009
Bangun pagi (sekitar jam 06:00 am), aku langsung "jalan-jalan" lagi. Dengan semangat 45, aku berjalan-jalan di halaman depan. Sampai kurang lebih sekitar 1 jam. Setelah mandi pagi, sarapan dan minum sari kurma, aku mulai jalan-jalan lagi. Suamiku sempat meminta ijin ke kantor hari ini, dia bilang kalau memang aku sudah menunjukkan gejala mau melahirkan dia menjanjikan akan secepat kilat pulang ke rumah. (hehehehehehe... good boy...). Aku mengijinkan nya berangkat ke kantor, karena aku memang belum merasakan kontraksi apapun. Cuma agak ngilu di atas tulang kemaluan. 


Habis makan siang, aku merasakan sesuatu, aku merasa perut ku agak sakit. Rasanya seperti sakit mau mens, tapi ada sedikit rasa sakit menahan "poop". Bingung kan rasanya? hehehehehe... Hmm, berdasarkan teori yang aku baca, itu ciri-ciri yang namanya kontraksi. Aku mulai menghitung jeda waktu kontraksi ku. Tapi kok tidak stabil yah... Kadang 15 menit timbul, kadang 10 menit timbul, bahkan ada kala nya 1/2 jam kemudian baru timbul lagi. Itupun aku baru sadar timbul lagi karena aku mau pipis. Aku jadi ragu, apa benar ini kontraksi yang dimaksud? Akupun mulai malas menghitung durasi nya lagi. Aku pikir, proses kontraksi ini sepertinya masih lama. 
Sekitar jam 04:00 pm, Aku mulai merasakan mules lagi, kali ini lebih sering dari yang sebelumnya. Setelah mandi sore, aku pun mulai menghitung durasi nya lagi. Kali ini hampir stabil, 15 menit sekali rasa itu muncul.
Sekitar jam 04:30 pm, setelah "jalan-jalan" lagi akhirnya aku menceritakan hal ini ke mertua ku. Beliau langsung mengajak ku ke Rumah Sakit. Tapi aku masih belum mau, karena aku mau menunggu suamiku. Aku telpon suamiku dan mengutarakan niat ku ke Rumah Sakit setelah maghrib karena mules ku sudah mulai 15 menit sekali. Sesuai janjinya, setelah telpon aku tutup, tidak lama kemudian, suamiku langsung meluncur pulang. 

Sekitar jam 07:30 pm, setelah makan malam, aku langsung mempersiapkan kebutuhan ku: 
  • Tas berisi kebutuhan ku dan dedek (baju berkancing, celana dalam kertas, gurita ku, kain panjang, toiletteries, pembalut melahirkan, baju pulang Rumah sakit aku dan dedek, toiletteries nya dedek)
  • Majalah dan cemilan yang sudah aku persiapkan
Setelah itu,kami (aku, suamiku dan mertuaku) langsung bersiap ke RSIA Yadika Kebayoran Lama. Sampai di Rumah Sakit, aku masih bisa jalan. Setelah melakukan registrasi, aku langsung diminta masuk ke Ruang Bersalin untuk dilakukan pengecekan oleh suster yang sedang jaga. Saat itu sekitar pukul 08.00 pm. Ternyata aku diperiksa dalam... Hiiii... langsung merinding ketika suster itu memasukan jarinya kedalam vagina ku. Agak sakit. Kata suster itu, bukaannya masih sedikit. Baru bukaan 1. Setelah itu, aku di CTG untuk mengecek kontraksi ku. Kegiatan CTG itu adalah kegiatan mengukur kekuatan kontraksi. Prosesnya adalah dengan melilitkan alat disekitar perut ku, setelah itu, aku diberikan semacam tombol yang harus aku pencet ketika rasa mules itu timbul. Hasilnya dapat dilihat dalam bentuk cetak (print out) yang keluar dari mesin CTG itu.

Berdasarkan hasil CTG itu, katanya kontraksi ku belum kuat. "Tapi sus, rasanya perut saya sudah mules yang lebih sakit dari sebelumnya.." aku agak penasaran dengan hasilnya. Aku merasa perut bawah ku agak sakit. Karena aku ngotot, aku disuruh melakukan CTG ulang. Hasil yang kedua ini katanya sudah agak lebih kuat dari yang sebelumnya. Akhirnya aku di perisa dalam lagi... Hiiiiii... Berdasarkan hasil periksa dalam, bukaan ku masih 2. Suster nya dengan santai ngomong kayak gini "Ini sih masih lama bu, mules ibu mungkin karena ibu mau BAB kali... Ibu udah BAB hari ini? Jangan ditahan-tahan yah bu, kalau memang ibu mau BAB, dikeluarin aja, masih lama kok... Kalau mules karena kontraksi yang sakit dari mulai pinggang belakang sampai perut depan bu. Bukan hanya sakit di daerah perut bawah." Hmmmm... memang sih, yang aku dengar dari cerita-cerita yang beredar dan dari instruktur senam hamilku, kalau bukaan 2, berarti proses melahirkannya akan masih lama. Aku tanya sama susternya, "jadi saya boleh pulang dulu, atau tetap disini sus?" Susternya jawab dengan santainya, "Hmmm... Gini aja, Ibu sudah punya kamar kan? Kita evaluasi dulu 4 jam, kalau dalam waktu 4 jam bukaan Ibu tidak nambah-nambah, Ibu boleh pulang dulu, tapi kalau bukaan nya nambah, Ibu tidak boleh pulang... Saya sudah telpon dr. Didi." Okeh, berarti aku tidak akan pulang dulu, at least sampai dengan 4 jam kedepan aku akan berada di kamar rawat ku.
Aku naik ke kamar rawat inapku sekitar jam 09:10 pm. Suster menawarkan ku naik kursi roda. Aku menolak karena aku merasa aku masih mampu berjalan. Posisi kamarku dilantai 5 sedangkan posisi Ruang Bersalin di lantai 3. Jadi aku harus naik lift dari lantai 3 ke lantai 5. Kami diantar suster ke kamar rawat inapku. Sampai di kamar susternya berpesan untuk segera memencet tombol di tempat tidurku kalau dirasa mules ku sudah bertambah. "Oke", jawabku. Sampai dikamar, aku merapihkan barang-barang yang aku bawa, membuka sofa bed yang ada untuk tempat istirahat suami dan mertua ku. Kami sempat nonton Sinetron Cinta Fitri season 2, sampai sekitar jam 10:00 pm mertua ku berpamitan pulang padaku. Pesannya, "nanti kalau sudah mau masuk ke Ruang Bersalin, cepet telpon mama yah..." (jarak antara rumah dan Rumah Sakit hanya sekitar 5 menit kalau tidak macet). "oke ma...", jawabku. Setelah mama mertua ku pulang, aku segera menelpon mama ku. Aku kabari mamaku kalau aku sudah bukaan 2, meminta maaf padanya dan meminta doa restunya.

Perutku sudah lebih mules dari sebelumnya. Karena menurut suster jaga, mules yang aku rasakan itu mules karena aku tahan BAB, aku sempat beberapa kali keluar masuk kamar mandi, dan sempat memaksakan untuk poop. Tapi kok ga bisa ya?? Sekitar jam 11:30 mules nya bertambah lagi. Kali ini, aku sudah tidak bisa tenang seperti sebelumya. Mules ini sudah sakit. Aku bilang ke suamiku kalau mules nya sudah agak ganggu. Aku masih berpikir ini karena mules mau BAB. Duuuhh... kok mau poop aja susah siiiihhhh... Sakit mau poop aja kayak begini, bagaimana mules karena kontraksi yah... duuuhhh... Agak panik. Tapi aku tetap positive thinking... Aku tetap berpikir, mules ini karena aku mau poop. Akhirnya sekitar jam 00:30 am, aku pencet tombol yang ada di tempat tidur ku. Aku sudah ga kuaaaaaattt... Tujuan ku memanggil suster adalah meminta obat pencahar supaya aku ga susah poop... hahahahaha... bodoh sekali. Suster datang, dan aku bilang, "Sus, saya mau poop kok susah banget, saya mau minta obat pencahar deh, supaya poop nya gampang." Suster yang datang ke kamar ku tersenyum, "Ibu... Ibu ke lantai 3 aja yah, biar diperiksa suster disana." Ya sudah, akhirnya aku siap-siap menuju lantai 3. Suster yang tadi datang, menawarkan ku kursi roda lagi. Lagi-lagi aku menolaknya. Akhirnya aku turun ke lantai 3, diantar suamiku.
Sampai di Ruang Bersalin, langsung saja aku bilang ke suster yang ada disana (kali ini susternya beda dengan yang pertama kali aku kesini. Bukan yang bilang aku nahan poop itu loh...), "Suster, kayaknya saya mau poop, tapi kok susah banget. Gimana yah sus?" Suster-suster (ada 2 suster di Ruang Bersalin itu) yang ada diRuangan itu lalu menjawab, "Ooh, Ibu mau poop, yaaah poop aja buuu... Tuh disana toilet nya". HAH??? Itu mah aku juga tauuuu... Kalo mau poop masuk toilet... Aduuhhh... gimana sih nih suster... Karena aku sudah kesakitan dan malas berdebat, langsung lah aku menuju toilet. Sampai didalam toilet sama saja rasanya. Aku masih ga bisa poop, dan malah mulesnya tambah sakit.
Ga' lama didalam toilet, aku keluar lagi. Langsung aku bilang ke suster yang tadi suruh aku ke toilet kalau aku mau obat pencahar karena aku dah ga kuat. Susternya malah menyuruh aku naik ke atas tempat tidur. Dia bilang, " Ibu, diperiksa dalam dulu yah... Kita liat bukaannya. Sudah mules yah bu?". "Iya sus, tapi kata suster yang tadi, ini bukan kontraksi... Kayaknya saya cuma sakit karena mau poop...", Aku menjelaskan dengan sedikit sok tau... hihihihihi... pasti Michan temenku sebel banget dengan kelakuan ku ini. "Ya sudah, Ibu tiduran dulu yah...". Akhirnya aku pasrah.
Setelah melalui proses periksa dalam untuk ketiga kalinya malam ini, suster nya bilang aku sudah bukaan 5. Aku minta tolong suamiku untuk menelpon mamaku. Aku minta suamiku untuk bilang ke mamaku kalau aku sudah bukaan 5. Akhirnya perjalanan proses melahirkan ku dimulai....
Sejak suster bilang aku sudah bukaan 5, akhirnya aku sadar, kalau mules yang aku rasakan itu bukan karena aku mau poop. Tapi memang karena kontraksi... wuiiiiihhh... malah semakin berasa nih sakitnya. Sekali lagi aku merasa kalau suami ku adalah suami cerdas yang sangat baik. Suamiku tidak menunjukkan sikap panik. Mungkin karena dari jauh-jauh hari sebelumnya aku selalu berpesan padanya untuk tidak panik menghadapi proses kelahiran si dedek. Dia setia menemaniku di samping tempat tidur sambil mengusap-usap punggungku. Suster meminta aku berganti baju bersalin dan panty ku dilepas. Oh iya, waktu suster bilang aku sudah bukaan 5, aku disuruh tidur menghadap samping kiri, katanya supaya si dedek dapat cukup asupan oksigen. Mulesnya bertambah sakit, kali ini usapan punggun dari suamiku sudah tidak ada rasanya. Aku sempat memarahinya "Sayang, kamu kalau usap itu yang bener dooonk..." Duuuuhhh... Maaf yah sayang, aku tidak bermaksud memarahi kamu looh... "Sudah deh, kamu tunggu diluar saja. Suster! tolong usapin punggun saya donk...". Suamiku langsung melipir keluar. Kasihan sekali tampang suamiku, dia tampak begitu pasrah dan tidak sedikitpun menunjukkan rasa kesal karena kena hardikku. Sekali lagi, maafin aku yah sayang.... Kedua suster itu pun akhirnya berada disampingku... Yang satu mengusap-usap punggung ku, dan yang satu nya didepan ku, memegang tanganku sambil mengusap-usap kepala ku yang penuh dengan keringat.

Aku merasa mules ini bertambah parah sakitnya... Rasa sakitnya sudah bukan di perut saja, tapi rasanya sekujur tubuh ku rasanya sakit semua. Ini sakiiit... benar-benar sakit. Tapi aku ingat pesan instruktur senam hamilku. Aku tidak boleh teriak-teriak, aku harus kuat. Aku harus menyimpan tenagaku, sampai bukaan ku lengkap dan aku diperbolehkan mengejan. Jadilah aku hanya mengerang-ngerang menahan sakit sambil mencengkeram tangan suster yang ada didepanku. Lalu, suster yang lain tiba-tiba memberikan ku teh manis hangat. Hmm enak sekali rasanya... Tapi duuuuhhh... kenap tiba-tiba aku mau buang air kecil? "Duuhh... suster, saya mau pipis...". Susternya menjawab dengan tenang, "Pipis aja bu disini, ga apa-apa..." Whaaaaatttttt??? Aduh, ga enak banget rasanya. Tapi Aku bisa apa? Untuk bergerak saja aku sudah ga kuat. Sambil meminta maaf ke suster nya akhirnya Aku pipis juga. "Aduh, maaf yah suster..." Susternya senyum "Ga apa-apa bu..." Dia buru-buru membersihkan tempat tidur yang sudah dialasi perlak itu dan mengganti alas nya. Lalu dia berinisiatif untuk periksa dalam lagi. "Ibu kita cek lagi yah..." Duuuuhhh.. Ya sudah lah... "terserah aja" pikirku. Ternyata sepertinya bukaan ku sudah 8. Waaahhhh... Sebentar lagi nih pikirku. Tiba-tiba aku mengantuk. Rasanya mata ku tidak kuat untuk disuruh melek. Jadilah aku mengerang-ngerang kesakitan sambil memejamkan mata.

"Susteerrr... Dokternya mana sih?" kataku. "Sudah dijalan bu... Sabar yaaa...". Tiba-tiba aku mau pipis lagi. "Aduh suster, saya mau pipis lagi... Gimana nih?". "Ya sudah bu, pipis saja... Jangan ditahan yah..". Setelah aku pipis untuk yang kedua kalinya. Tiba-tiba kok rasanya aku mau mengejan. "Aduh suster, saya rasanya mau ngeden nihhh...". Langsung suster nya menahan kakiku sambil bilang,"Ibu, ibu jangan ngeden dulu yaaa.. belum waktunya, ditahan yah bu, ditahan...". Aduuuuhhh,... rasanya susah sekali menahan kondisi ini... Rasa mengejan itu tambah parah... Semakin aku tahan, rasanya bertambah sakitt... Seperti ada yang mau keluar... duuuhhhh... Tiba-tiba aku mau pipis lagi. Tapi kali ini, belum sempat aku bilang suster, sudah ada air yang keluar. Tapi sebelum keluar, seperti ada yang pecah divagina ku. Asumsi ku ini air ketuban... Sakitnya bertambah parah, karena ditambah mataku yang rasanya sudah susah untuk dibuka. Ngantuk sekali rasanya. "Dokter Didi mana suster...". Sekilas aku melihat suamiku mengintip dari balik tirai. "Dokter nya sudah ada Bu... Sedang siap-siap". Tidak lama kemudian aku mendengar suara dokter Didi. "Kenapa Bu...??". "Dokter saya mau ngeden dok... Udah ga kuat...", jawabku. "Yah sudah yukk... ngeden aja...". Langsung badan ku ditelentangkan, pergelangan kaki ku dibuka. Tapi kok tiba-tiba aku ga merasakan mules... duuuuhhh... "Yahh... kok ga mules yah dok...". Dokter nya tertawa, "Ya udah saya tunggu, kalau sudah mules, langsung ngeden yah..." Ga lama kemudian, mules itu datang. Langsung saja aku mengejan... Ternyata, secara tidak sadar saya mengejan dengan cara yang salah. Mata saya terpejam!!. Itu sangat dilarang ketika kita akan mengejan. Salah seorang suster menepuk paha saya, "Ibu, buka matanya ya... Jangan merem!!" Astaghfirullah... Aku segera tersadar, dan langsung fokus dengan proses mengejan ku. Setelah 3 kali mengejan dengan benar, akhirnya dedek kami keluar... Alhamdulillah...
Ternyata selama proses melahirkan bayi kami. Suamiku berada persis disebelahku sambil mengangkat kepalaku, membantu ku mengejan. Terimakasih sayang... Ya Allah... Puji Syukur kupanjatkan kepada-Mu. Aku melahirkan ditemani suamiku... Dan bayi kami lahir dengan selamat. Alhamdulillah...

Suamiku segera memotong tali pusatnya. Dengan rasa yang masih tidak percaya, aku bertanya ke dokter Didi, "Sudah yah Dok... cewek atau cowok dok?", Dokter Didi pun tertawa... "Sudah bu, sudah selesai. Nih bayinya... Cium bu... perempuan" Dokter Didi menyodorkan bayi ku kedepan mukaku... Ya Allah... betapa cantiknya putriku... dia bersih dan manisss sekali. Rasanya tidak percaya melihat makhluk kecil ini. Ini dia makhluk yang selalu menemaniku setiap saat selama 39 minggu 2 hari. Disaat aku senang, sedih, marah, tertawa, disetiap saat ku... Alhamdulillah... Bayi kami lahir pada tanggal 25 Februari 2009, jam 02:05 am.
Dia langsung diletakkan di dadaku. Dia bergerak-gerak mencari sesuatu. Makin lama gerakan nya semakin maju. Dia mencari payudaraku, sumber makanannya... Hihihihihihi... lucu sekali... Tetapi akhirnya dia dibantu mencapai nya.


Selamat datang kedunia ini putrikuuu...
Namanya RAIHANA AQILA GUNAWAN. Yang berarti perempuan pintar yang baik budinya dan InsyaAllah berguna untuk keluarga, negara dan agamanya... Amien...


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar